Tere Liye

Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian dari hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia. Apakah mudah melakukannya? Itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil.

Tere Liye

Jika dia memutuskan untuk pergi menjauh, itu berarti sudah saatnya kau memulai kesempatan baru. Percayalah, jika dia memang cinta sejati kau, mau semenyakitkan apa pun, mau seberapa sulit liku yang harus dilalui, dia tetap akan bersama kau kelak, suatu saat nanti. Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang.

Tan Malaka

Tidak, tak ada sesuatu program revolusioner yang berarti, jika tak ada pergerakan revolusioner. – Naar de ‘Republiek Indonesia’Menuju Republik Indonesia (1925)

Tere Liye

Kembali lagi soal takdir, mulailah menerimanya dengan lapang hati. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi. Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa-basi menyapa pun tidak. Tidak peduli. Nah, kabar baiknya, karena kita tidak bisa mengendalikannya bukan berarti kita menjadi makhluk yang tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya atau mendustakannya.

Tere Liye

Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.

Peribahasa

Siapa yg makan cabai, dialah yg berasa pedas (kepedasan)
1 siapa yg berbuat kurang baik akan merasakan akibatnya; 2 siapa yg merasa tersindir berarti telah berbuat spt yg disindirkan itu

Anonim

Waktu luang berarti kesempatan untuk melakukan sesuatu, namun seringkali berubah arti menjadi kesempatan untuk tidak melakukan apa-apa.