Andrea Hirata

Akhirnya, hujan turun, menghantam atap seng. Amiru memejamkan mata, lama, lambat laun dia mendengar sebuah irama, Dia tersenyum. Dia tersenyum karena ingin seperti ayahnya, yakni dapat menjadi senang karena hal-hal yang kecil. Seni menyenangi hal-hal yang biasa saja, begitu istilah ayahnya yang hanya tamat SD itu. Amiru ingin menguasai seni itu sampai tingkat ayahnya telah menguasainya sehingga menjadi orang yang dapat menertawakan kesusahan. Itulah ilmu tertinggi seni menyenangi hal-hal kecil. Itulah sabuk hitamnya.

Andrea Hirata

Sering aku disiksa oleh pertanyaan: mengapa A Ling bisa begitu? Apa salahku sehingga ia begitu? Apa yang ada di kepala seorang perempuan? Apakah pertimbangan yang bijak? Kecemasan? Atau sekadar dengungan? Sungguh aku tak mengerti. NAmun, perlukah aku mengerti? Kurasa tidak. Yang kuperlukan hanyalah menghormati keputusannya, dan karena Tuhan telah menciptakan manusia dengan hati dan pikiran yang boleh punya jalan masing-masing, penghormatan seharusnya tidak memerlukan pengertian. (hlm. 237)

Andrea Hirata

Apa aku kelihatan seperti orang yang sedang memendam sebuah rahasia? Apakah Ukun dan Tamat tahu rahasia hatiku? Bahwa aku sedang jatuh cinta? Perlukah kukabari mereka bahwa aku sedang jatuh cinta? Kukabari sedikit mungkin, jangan banyak-banyak. tapi jangan ah, aku malu. Oh apakah gerangan yang aku alami ini? Mengapa kebingungan bisa menjadi begitu indah?

Andrea Hirata

Matarom sangat kondang karena Rezim Matarom, begitu golongan pecatur warung kopi menemani teknik serangan catur ciptaannya sendiri yang kejam tiada ampun. Konon ia menciptakannya dengan meniru taktik perang tentara Nazi lightning attack atau serangan halilintar. Nazi menerkam Polandia secara sangat tiba-tiba waktu negeri itu belum bangun tidur.

Tere Liye

Aku bukan daun! Aku tak pernah mau menjadi daun! Aku tak pernah menginginkan perasaan ini kan? Dia datang begitu saja. Menelusuk hatiku. Tumbuh pelan-pelan seperti kecambah disiram hujan. Aku sungguh tidak pernah menginginkan semua perasaan ini. Aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.

Peribahasa

Tidak (belum) – telunjukmu
Tak boleh jadi

Henry Brooks Adams

Tidak semua orang mengerti dengan apa yang ia katakan, dan sangat sedikit yang mengatakan semua yang mereka maksudkan, kata-kata begitu licin dan pikiran lebih kental. No man means all he says, and yet very few say all they mean, for words are slippery and thought is viscous.