Tere Liye

Bertanya boleh saja. Bebas. Soal aku mau menjawab atau tidak, itu urusan lain.

Tere Liye

Begitulah rumus kehidupan. Dalam perkara shalat ini, terlepas dari apakah seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat, kewajiban itu tidak luntur. Maka semoga entah di shalat yang ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah. Shalat itu berhasil mengubahnya. Mamakmu pasti pernah bilang itu kepadamu.

Tere Liye

Aku, kamu, kita berdua…. Laksana benih perasaan yang tumbuh subur di tempat yang salah dan waktu yang salah. Hatiku telah dimiliki gadis lain

Tere Liye

Aku tidak akan membiarkan perasaan bersalah atau orang lain menghakimiku, karena mereka tidak berhak melakukannya. Biarlah Tuhan kelak yang menghakimiku.

Tere Liye

Aku tahu kehidupan Bapak rumit. Ambisinya. Kisah cintanya. Dia bukan orang yang sempurna, hidupnya dipenuhi kekecewaan. Aku tahu, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga Mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamakku dibanding di matanya. Tapi sekarang, aku tidak tahu lagi, berapa banyak air mata yang pernah disebabkan oleh Bapak dalam kehidupannya.

Tere Liye

Aku sendiri tidak pernah alfa setiap minggu menghadiri misa di Gereja Tondo. Itu penting untuk membuat jalan hidup kita tetap lurus. Tersambung dengan kuasa Tuhan.

Tere Liye

Ah, kata ‘pergi’ lebih cocok menjadi judul sebuah novel dibanding ‘alasan’.